CONTOH RESENSI CERPEN


                                                                            BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            Resensi adalah ulasan singkat mengenai isi suatu, majalah, novel, drama atau film yang biasanya disiarkan melalui media-media sosial. Adapun tindakan meresensi ialah memberikan suatu penilaian, membahas, mengkritik atau mengungkapkan kembali isi buku didalamnya. 
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana bentuk dari resensi cerita pendek?
C. TUJUAN PENULISAN
            Untuk mengetahui bagaimana bentuk dari resensi cerita pendek. 













BAB II
PEMBAHASAN

1.      Judul Resensi Cerpen
Judul resensi cerpen ini adalah “Ibu Pergi Ke Laut dan “Bunga Dari Ibu”, ditulis oleh Puthut EA. Cerpen ini sangat menarik dibaca, terutama bagi kalangan remaja.
2.      Identitas Cerpen
Judul resensi                : “Zigot yang Merindukan Rahim”
Judul cerpen                :  “Ibu Pergi Ke Laut” dan “Bunga dari Ibu”
Nama Pengarang         :  Puthut EA
Penulis                         : -
Penerbit                       : Kompas
Cetakan                       : pertama
Tebal                           : 8 lembar

·         Memperkenalkan Pengarang
Penulis dari buku ini adalah Puthut EA, lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Maret 1977. Umur 40 tahun adalah sastrawan sekaligus peneliti berkebangsaan Indonesia. Sejak SMP sampai awal kuliah, ia rajin menulis geguritan (puisi di dalam bahasa Jawa) di majalah Panjebar Semangat dan Jayabaya. Sampai 2013, Puthut telah menulis 22 buah buku.
·         Membandingkan Cerpen
Cerpen ini menceritakan seorang anak kecil bernama Dinda yang sangat rindu kepada ibunya, yang menjadi salah satu korban bencana Tsunami Aceh. Dinda belum tahu dan mengerti tentang hal ini. Seperti anak kecil seperti pada umumnya, rasa keingintahuannya sangat tinggi mengenai hal-hal yang terjadi.  Terlebih lagi tentang ibunya.
Dari rasa keingintahuan Dinda itu muncul banyak pertanyaan yang ia lontarkan pada ayahnya. Ayah di mana ibu? Apakah ibu tidak kangen padaku? Kenapa ibu tidak pulang?. Dengan umur Dinda yang masih terbilang kecil, ayahnya tidak mungkin mengatakan hal sebenarnya. Ayahnya hendak menenangkan Dinda dengan memberitahu Dinda bahwa ibu pergi ke laut.
Dinda sangat rindu pada ibunya, hingga ia mencoba membuat surat untuk ibunya dengan bantuan Mbak Memi, tetangga depan rumahnya. Setelah menulis surat, kemudian mereka berdua menghanyutkan surat itu ke sungai, karna setiap air yang ada di sungai pasti mengalir ke laut. Dinda berharap ibunya membalas suratnya lewat hujan. Karna air hujan berawal dari air laut yang menguap.
Cerpen selanjutnya adalah “Bunga dari Ibu”, cerpen ini menceritakan tentang tokoh aku yang dibesarkan dikeluarga yang sudah bercerai, namun hubungan mereka dan ayahnya tetap baik. Mereka berbeda agama. Ibu rajin sholat dan Ayahnya rajin pergi ke gereja. Walaupun demikian mereka tidak pernah memaksanya untuk memeluk satu agama. Ia ingin sekali terus mengunjungi ibunya. Tetapi, ia tidak boleh terlalu sering mengunjungi ibu karena terlalu banyak biaya, maka ibu memberikan sebuah pot berisi tanaman bunga. Katanya jika ingin mengetahui keadaan ibu maka lihat saja bunga itu. Lalu bunga itu ia rawat dan ia sayangi dengan baik-baik. Ternyata bunga itu benar-benar bisa mengatakan keadaan ibu. Saat ia melihat tanaman bunga dari ibu rontok,  ia langsung menelpon ibu dan ternyata ibu sedang sakit flu.
Saat tanaman bunga dari ibu bermekaran, ia ditelpon ibu lalu ibu menelponnya dan mengabarkan bahwa ia  mendapat hadiah dari bank tempatnya menabung. Ketika suatu hari ia lupa memeriksa bunga dari ibu, Ibu kemudian menelponnya dan tahu bahwa ia lupa memeriksa tanamannya, lalu ia mengatakan akan naik haji. Tentu saja sang anak langsung memeriksa bunga itu, dan benar tanaman bunga dari ibu seperti dikerudungi cahaya. Hubungan mereka sangat unik, belajar dari semua itu, ia juga memberikan tanaman bunga untuk ibunya sebagai tanda juga tentang apa saja yang kuhadapi selama jauh dari ibu. Saat ia dipromosikan dijabatan, ibu lalu menelponnya pagi-pagi benar dan mengatakan bahwa tanaman dariku, bunga-bunganya sedang bermekaran. Saat ia putus cinta dan berpikir keras apakah aku harus menggugurkan kandunganku karena Mas Rustam kekasihnya, terganggu bila ia mengandung. Lalu ibu tiba-tiba menelponnya dan mengabarkan bahwa bunga yang ia beri seperti layu dan hampir mati.
Ia mengatakan tidak ada apa-apa, padahal selama ini diantara mereka tidak pernah ada rahasia. Bahkan ibu tau semua tentang kisah cinta anaknya itu. Namun, untuk hal ini, ia bohong kalau ia menggugurkan kandungann. Sosok ibu orangnya aneh namun baik hati. Bahkan di masa-masa terberatnya kuliah, saat itu rezim orde baru, banyak demonstran dan diadakannya pemilu. Namun, mereka bertiga hanya berkumpul di rumah sambil makan dan menonton televisi. Kemudian mereka saling berbincang-bincang politik tanpa harus ikut rusuh turun ke luar. Suatu hari tanaman bunga dari ibu seperti layu. Ia sangat cemas dan beregegas pergi ke rumah ibu, saat ia tanya bagaimana keadaan ibu, ibu mengatakan baik-baik saja. Ia kecewa saat tanaman bunga dari anaknya sudah dibuang oleh ibu. Katanya, tanaman bunga itu tidak bisa menjadi patokan keadaan. Esoknya saat ia pulang ke rumah, ia segera mencabut tanaman bunga dari ibu. Dalam hatinya berkata, setiap orang boleh punya rahasia.
Kelebihan dari cerpen ini adalah cerpen ini memiliki gaya bahasa yang sederhana tapi terasa dalam. Penulis pandai memposisikan dirinya sebagai seorang gadis kecil yang polos yang memiliki mimpi besar yakni bertemu dengan Ibunya dan ingin maju agar Ia bisa bertemu dengan Ibunya. Penulis sangat pandai membuat pembaca ikut merasa hanyut dalam gambaran latar belakang dan adegan sarat emosi yang ia paparkan.
Penulis selain berhasil menggambarkan kuatnya asa seorang Dinda yang merindukan Ibunya juga sukses menggambarkan kuatnya ikatan bathin antara Ibu dan anak yang jarang ditemui di dunia nyata.  Penulis juga berhasil melukiskan dilema yang dialami seorang Bapak yang berusaha menyimpan rahasia kelam dari anaknya, seorang Bapak yang tak sanggup melihat anaknya sedih dan kebingungan, seorang Bapak yang tegar menemani putrinya ketika kehilangan sandaran hidup.
Kelemahan cerpen pertama, banyak kesalahan dalam menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). 
Cerita dalam cerpen pertama adalah fiksi. Cerpen ini hanya dikategorikan untuk  remaja, karena cerpen ini berbicara tentang seorang anak yang kehilangan ibunya, namun, cerpen ini kurang bisa dimengerti oleh anak-anak. Bagi remaja cukup tepat untuk membaca cerpen ini, karena banyak hal yang dapat dipelajari dari cerpen tersebut.
-          Unsur Intrinsik Cerpen
a.       Tema   : Kekeluargaan
b.      Alur     : Maju dan Mundur
c.       Latar    : Rumah Dinda, Rumah Mbak Memi, sungai, laut, dan warung makan.
d.      Tokoh dan Penokohan :
      Dinda : selalu ingin tahu tentang apa yang terjadi dan banyak insiatif.   
      Ayah : bijaksana terhadap sesuatu yang terjadi.  
      Mbak Memi : baik hati.
e.       Amanat
Kita harus selalu bersyukur karena kita masih memiliki sosok seorang ibu, dan kita harus senantiasa menyayangi dan menghormati kedua orang tua, terutama ibu karena ibu adalah seorang yang telah mengandung, melahirkan kita, serta membimbing dan merawat kita.






















BAB III
PENUTUP
Simpulan
Cerpen merupakan suatu karya sastra yang mengangkat cerita-cerita yang lazim seperti pada kehidupan nyata. Baik dari segi penokohan, perwatakan, maupun latar belakang dibuat sedemikian hingga cerpen tersebut mampu menyuguhkan sebuah hiburan yang mirip dengan kehidupan nyata. Pemaparan perwatakan yang kuat sehingga mampu meluruskan alur cerita sehingga bisa dinikmati oleh pembaca. Dari meresensi kumpulan cerpen, kita bisa mengetahui kekurangan, kelebihan, dan penokohan dari cerpen tersebut.






















DAFTAR PUSTAKA
httpps://www.google.co.id/?
https://cerpenkompas.wordpress.com/tag/puthut-ea/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH TEKS KRITIK CERPEN

JENIS-JENIS MENYIMAK